WISATA RELIGIUS



MASJID JAMIK


Masjid Jamik, terletak di jalan Masjid Jamik,merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua di Pangkalpinang. Dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 H yang dibuktikan dari tulisan yang masih dapat dilihat pada meja putih terbuat dari marmer, yang letaknya bergeser ke barat pada pekarangan depan masjid sekarang.
Masjid dibangun oleh masyarakat Kampung Dalam Pangkalpinang yang merupakan masyarakat asli Kampung Tuatanu yang pindah karena perbedaan paham dan khilafiah.
Salah satu keunikan masjid ini adalah antara tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang, bisa diartikan sebagai Rukun Islam dan antara tembok depan dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dapat diartikan sebagai Rukun Iman. Memiliki empat tiang utama sesuai jumlah Khalifaturrasyidin, lima pintu masuk 3 di depan dan 1 di samping kiri dan 1 di kanan serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan satu kubah dan empat menara. Masjid Jamik adalah salah satu Benda cagar Budaya Kota Pangkalpinang.

MASJID AL MUKARROM

Masjid Al Mukarrom, terletak di Desa melayu Tuatunu. Posisi awalnya berada di tengah Kampung Tua atau Kampung Lama Tuatunu, sekarang terletak persis di ujung kampung Tuatunu. Sekarang terletak persis di ujung Kampung Tuatunu. Masjid ini didirikan pada tahun 1928 dan merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Pulau Bangka. Menurut informasi merupakan masjid tempat sholat Jum’at pertama sekali didirikan di Pangkalpinang.

MASJID RAYA TUATUNU

Masjid Raya Tuatunu merupakan masjid terbesar di Bangka Belitung, terletak di tengah-tengah Desa Melayu Tuatunu. Diresmikan pada tanggal 20 Maret 2008 oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Bapak Taufik Effendi. Masjid ini dibiayai dari dana Pemerintah Kota Pangkalpinang, bantuan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan lain-lain.
Masjid Raya Tuatunu merupakan masjid berarsitektur modern dan tradisional yang dilengkapi dengan fasilitas canggih seperti beduk elektronik, fasilitas internet dan lain-lain. Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini diharapkan menjadi pusat studi Islam dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bernuansa islami.

KELENTENG KWAN TIE MIAW

Kelenteng Kwan Tie Miaw merupakan salah satu kelenteng tertua yang ada di Pulau Bangka. Kelenteng ini terletak di jalan Mayor Syafrie Rachman. Dulunya bernama kelenteng Kwan Tie Bio. Kelenteng ini diperkirakan dibuat pada tahun 1841 Masehi (dari aksara cina pada sebuah Lonceng besi di kelenteng). Pembangunannya sendiri dilakukan secara gotong royong oleh berbagai kelompok Kongsi penambangan timah yang ada di Pangkalpinang, dan diresmikan pada tahun 1846
Pada Kelenteng tertua di Pangkalpinang ini terdapat hiasan buah Labu (Gourd) di puncak atap kelenteng dan adanya lambang Patkwa (Pakua) di depan kelenteng yang di tengahnya ada lingkaran hitam putih (Ying dan Yang), Patkwa (Pakua) melambangkan keberuntungan, rejeki atau kebahagiaan. Nama kelenteng sudah dua kali mengalami perubahan, pada masa Orde Baru kelenteng ini bernama Amal Bhakti. Pada tahun 1986 bagian depan kelenteng terkena pelebaran jalan sehingga pekarangan depan, pintu serta tembok depan mundur beberapa meter, bagian altar Kuan Tie tetap utuh dan bagian depan dibangun menjadi 2 lantai. Pada Tanggal 22 Februari 1998 terjadi kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan kelenteng kecuali pada bagian kiri bangunan, sejak itu dilakukanlah pemugaran kembali dipimpin oleh Jamal seorang ahli dalam kelenteng dan pembuatan patung dan rehabilitasi selesai seperti bentuk sekarang serta diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1999 dengan nama kelenteng Kwan Tie Miau.
Kawasan Kelenteng Kwan Tie Miaw ini sekarang ditambah dengan lokasi Gang Singapur dan Pasar Mambo sedang dikondisikan sebagai salah satu objek dan daya tarik wisata Kota Pangkalpinang yaitu wisata budaya, wisata belanja dan wisata kuliner. Lokasi ini diupayakan menjadi China Town (untuk mengingatkan kepada wajah kota lama Pangkalpinang yang sangat dipengaruhi oleh rumah rumah dan kelenteng Cina) dan dijadikan juga sebagai pusat upacara peringatan hari Raya Imlek, puncak hari raya Cap Go Meh, kegiatan Sembahyang Rebut dan kegiatan Pot Ngin Bun. Kegiatan Pot Ngin Bun merupakan satu satunya ritual yang ada di kelenteng Kwan Tie Miaw. Kegiatan ini dilakukan untuk menolak bala dan segala wabah penyakit yang mewabah  di Masyarakat seperti wabah Beriberi yang mewabah di Bangka sekitar tahun 1850-1860.

KATHEDRAL SANTO YOSEPH

            Gereja Kathedral Santo Yoseph yang sekarang ini awalnya dibangun pada tanggal 5 Agustus 1934 dengan nama Pelindung Santo Yoseph. Katedral Santo Yosef terletak di jalan Gereja, terdapat Cathedra (Tahta) tempat Uskup memimpin perayaan Ekaristi (Misa Kudus). Sejarah Katedral ini tidak terlepas dari perkembangan dan penyebaran agama Katolik di Bangka dan Belitung, Kepualauan Riau seta Kalimantan sejak tahun 1830 oleh Tsen On Ngie (Zeng Aner). Peristiwa penting di gereja ini adalah pada 25 April 1935 ketika ditasbihkan sebagai imam seorang Putra Bangka bernama Johannes Boen Thiam Kiat sebagai Pastor Projo pertama di Indonesia. Nama Pastor Boen kemudian diabadikan menjadi Balai Pertemuan Paroki Pangkalpinang dengan nama Balai Mario Jhon Boen.
Gereja Kathedral Santo Yoseph saat ini merupakan salah satu Benda Cagar Budaya Kota Pangkalpinang yang dilindungi negara.

GPIB MARANATHA

Gereja ini awalnya bernama Kerkeraad der Protestansche Gemeente to Pangkalpinang, dibangun pada masa pemerintahan Residen J.E. Eddie pada tahun 1927, bersamaan dengan pembangunan menara air di Bukit Mangkol. Setelah masa kemerdekaan, melalui Indische Kerk (GPI), nama gereja diubah menjadi Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Maranatha Pangkalpinang. Pemerintah Belanda menempatkan seorang pendeta   pertama kali bernama J.N. Beiger   untuk   melayani   dan   mengurus  jemaat   GPIB   Maranatha Pangkalpinang. Gereja ini merupakan salah satu dari 8 (delapan) Jemaat GPIB yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 6 (enam) Jemaat berada di Pulau Bangka dan 2 (dua) Jemaat berada di Pulau Belitung.
Gedung Gereja Maranatha Pangkalpinang memiliki ciri khas yang unik dan menarik karena adanya menara jam yang besar serta dibangun bersama Pastorinya (Rumah Pendeta). Bangunan terbuat dari beton dengan atap berbentuk limas, dinding dari bata yang dilapisi batu granit. Dinding bagian depan berbentuk segitiga diatasnya terdapat Salib. Bangunan terdiri dari satu bangunan inti dan dua bangunan pendukung pada bagian kanan dan belakang. Pada bangunan tengah (ruang utama/inti), atapnya terdapat menara yang di atasnya terdapat Salib.
GPIB Maranatha merupakan salah satu dari sembilan Benda Cagar Budaya Kota Pangkalpinang yang dilindungi negara.


MAKAM AKEK BANDENG

Akek dalam sebutan orang Bangka berarti kakek dan Bandeng dalam bahasa Daerah Tuatunu berarti orang yang selama hidupnya tidak menikah. Nama sebenarnya dari Akek Bandeng adalah Akek Malik, beliau lahir sekitar tahun 1850 dan wafat tahun 1920. makam tersebut sering diziarahi masyarakat karena Akek Bandeng adalah seorang ahli ibadah dan shaleh serta dikaruniai oleh Allah SWT dengan bermacam karomah. Asal-usul Akek Badeng sendiri di masyarakat Kampung Melayu Tuatunu tidak begitu jelas sehingga informasi hanya berkembang dari mulut ke mulut.

KUBURAN CINA SENTOSA

Kuburan Cina Sentosa dibangun pada tahun 1935, terletak di jalan Soekarno Hatta Pangkalpinang. Luas kompleks sekitar 27 ha dan sampai saat ini terdapat ± 12.000 makam, yang tertua adalah makam keluarga Boen Pit Liem yang dipugar pada tahun ke-4 setelah pemerintahan Sun Yat Sen, jadi diperkirakan pada tahun 1915. Makam makam Cina ini dibangun dalam bentuk dan arsitektur yang unik dan menarik serta dihiasi dengan tulisan aksara Cina yang indah dan sangat jelas sekali menunjukkan status sosial ekonomi orang yang dimakamkan.
Makam umumnya dibangun pada lokasi perbukitan, hal ini menujukkan penghargaan dan penghormatan yang tinggi orang Cina terhadap leluhur dan nenek moyangnya. Tanah Perkuburan Sentosa merupakan sumbangan dari Marga Boen, menurut tugu pendiri makam yang dibangun tahun 1935, makam ini didirikan oleh empat orang yaitu Yap Fo Sun tahun 1972, Chin A Heuw tahun 1050, Yap Ten Thiam tahun 1944 dan Lim Sui Cian.
Kompleks pemakaman merupakan makam perkuburan cina terbesar se-Asia Tenggara dani sangat unik dan menarik dengan arsitektur yang berbeda-beda pada tiap makam, bahkan ada makam yang dibangun dengan batu granit seharga 500 juta rupiah. Selain itu dari seluruh makam terdapat 2 (dua) makam yang beragama Islam.
Setiap tahun diadakan tradisi Sembahyang Kubur (Ceng Beng atau Qing Ming), seluruh keluarga yang  ada di perantauan pulang dan sembahyang dan memberikan penghormatan terhadap leluhur. Puncak pelaksanaan Ceng Beng dilaksanakan pad tiap tanggal 5 April.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar