WISATA BUDAYA



NGANGUNG

Sebagai  bagian dari rentang dan rumpun tanah Melayu, Pangkalpinang memiliki beragam adat istiadat dan budaya. Keanekaragaman etnis dari berbagai nusantara membentuk budaya yang unik dan menarik, serta kesenian tradisional yang terus berkembang pesat. Nganggung, merupakan tradisi gotong royong masyarakat Kota Pangkalpinang dengan membawa makanan lengkap di atas dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji. Tiap pintu rumah (keluarga) membawa satu dulang yang terbuat dari Kuningan, berisi makanan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut. Tradisi Nganggung  sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara upacara keagamaan, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Nisfu Sya’ban, dan pada kegiatan  Muharam. Kegiatan Nganggung biasanya dilakukan di Masjid dan di Kota Pangkalpinang sering dilaksanakan Nganggung Akbar di Rumah Dinas Walikota setelah dilaksanakan pawai Taaruf.

PAWAI TA'ARUF


Pawai Ta'aruf, adalah pawai tradisional yang diikuti semua lapisan masyarakat dan diadakan dalam menyambut hari-hari besar Islam, yang mana sebagian besar mayarakat melakukan pawai keliling kota dengan menggunakan baju muslim yang beraneka ragam. Sambil melantunkan salawat dan lagu-lagu Islami, mengusung replika Alquran dan poster berisi pesan menjauhi maksiat.

Upacara ini diadakan dalam Pawai Ta’aruf ini menjadi tontonan yang menarik bagi wisatawan. 
 
BARONGSAI

 
Permainan Barongsai biasanya dilakukan pada saat upacara dan biasanya digelar saat bulan purnama atau pada acara acara khusus masyarakat keturunan Tionghoa seperti peringatan Imlek, Cap Go Meh, Sembahyang Rebut (Ghost Hungry), Sembahyang Kubur (Ceng Beng), Pot Ngin Bun,  Peh Cun dan upacara kemasyarakatan lainnya. Pada acara keagamaan biasanya pertunjukan Barongsai diadakan di Kelenteng kelenteng besar Kota Pangkalpinang, seperti Kelenteng Kwan Tie Miau, dan Kelenteng Satya Budi. Pertunjukan Barongsai juga sering dilombakan baik dalam rangka memperingati hari-hari besar umat Kong Hu Cu atau event kebudayaan dan kepariwisataan. 
 

 CENG BENG

Ritual Ceng Beng atau sembahyang kubur merupakan upacara perwujudan dari sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya, seluruh keluarga baik yang ada di Pangkalpinang atau di perantauan berupaya untuk pulang dan melaksanakan ritual. Kegiatan Ritual  dimulai dengan membersihkan kuburan atau pendem biasanya dilakukan 10 hari sebelum  pelaksanaan Ceng Beng. Puncak kegiatan dilaksanakan pada tiap tanggal 5 April kalender Masehi. Kegiatan dilaksanakan sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan meletakkan sesajian berupa aneka buah-buahan (sam kuo), ayam atau babi (sam sang), arak, aneka kue, dan makanan vegetarian (cai choi), uang kertas (kim cin) dan membakar garu (hio), suasana di pekuburan khususnya di pekuburan Sentosa pada saat itu sangat semarak dengan lampion dan beraroma hio yang menyengat hidung serta diiringi dengan alunan musik Belaz Band atau Tanjidor.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar