WISATA SEJARAH




RUMAH RESIDEN

Sebagi kota bersejarah, Kota Pangkalpinang memilki banyak warisan sejarah yang dapat mengungkapkan kembali kejayaan bangsa di masa lampau serta mencermati jejak-jejak derap langkap pembangunan daerah. Wisatawan dapat berkunjung ke Rumah Residen. Bangunan megah ini terletak di pusat Kota Pangkalpinang, tepatnya berada pada titik nol kilometer pulau Bangka. Masyarakat Bangka menyebutnya sebagai rumah besar karena rumahnya besar dan kokoh, memiliki 10 pilar, jendela dan pintu tinggi, dengan atap limasan, dan atapnya dari genteng tanah. Bangunan khas arsitektur Eropa ini ditandai dengan pilar-pilar yang tinggi dan besar, pintu tinggi, dan jendela berjumlah banyak sebagai media sirkulasi udara. Rumah Residen terdiri dari dua bangunan inti pada sisi kanan dan kiri yang menyambung. Di halaman depan terdapat tiang bendera, dua buah meriam berangka tahun 1840 dan 1857, dan kolam teratai yang dihiasi mangkok teratai di atasnya terdapat patung ikan. Di samping Rumah Residen dibangun pula kantor Karesidenan (bekas kantor sementara Gubernur), gedung pertemuan (Panti Wangka sekarang), kantor Polisi (Opas), penjara, dan sarana lainnya seperti alun-alun (Taman Merdeka), jalan raya, dan Wilhelmina Park (sekarang Tamansari) dengan arsitek Van Ben Benzehoren.
Saat ini Rumah Residen dijadikan sebagai Rumah Dinas Walikota Pangkalpinang dan menjadi salah satu dari sembilan Benda Cagar Budaya Kota Pangkalpinang

TUGU PERGERAKAN KEMERDEKAAN

Tugu Pergerakan Kemerdekaan, terletak di jalan Merdeka berlokasi area Tamansari/Wilhelmina. Tugu ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat bangka dalam mempertahankan serta merebut kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Diresmikan oleh Bung Hatta pada tahun 1949. Bentuk tugu dengan arsitek menarik dan unik terdiri atas lingga di atas punden berundak-undak dan yoninya berada di atas lingga dengan bentuk simetris mencerminkan perjuangan yang dilakukan oleh berbagai suku dan lapisan masyarakat. Pada tugu prasasti tertulis “Surat kuasa kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta, diserahterimakan oleh Ir. Soekarno kepad Sri Sultan Homengkubuwono IX, Medio Juni 1949”.
Tugu ditopang oleh bangunan balok segi enam mirip kelopak bunga, terbuat dari semen dan pasir dilapisi pasir kuarsa. Lantai dasar tugu berbentuk segi enam berundak setinggi ± 1,5 meter. Tugu Pergerakan Kemerdekaan saat ini merupakan salah satu Benda cagar Budaya Kota Pangkalpinang.

MUSEUM TIMAH INDONESIA

Museum Timah Indonesia terletak di jalan Jenderal Ahmad Yani no.17, merupakan satu-satunya Museum Timah yang ada di Indonesia. Sebelum menjadi museum, rumah ini merupakan rumah temapt tinggal karyawan perusahaan BTW (Banka Tin Winning). Pada tanggal 6 Februari 1949 rumah ini menjadi tempat tinggal pemimpin-pemimpin Republik di antaranya Bung Karno dan Haji Agus Salim ketika mereka diasingkan ke Bangka sebelum dipindahkan ke Menumbing Mentok setelah Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta diduduki Belanda dengan Agresi Militer (19 Desember 1948). Gedung ini pernah dijadikan tempat perundingan pra Roem-Royen.
Bangunan yang bertuliskan Househill di atas teras pintu masuk ini menjadi menjadi Museum Timah Indonesia pada tanggal 2 Agustus 1997. Museum Timah menyimpan koleksi peninggalan sejarah khususnya sejarah penambanqan timah di Pulau Bangka Belitung, dimulai sejak Kesultanan Palembang abad 16 M. Saat ini Museum Timah Indonesia telah diakui sebagai salah satu Benda Cagar Budaya Kota Pangkalpinang.

RUMAH SAKIT BHAKTI TIMAH

Sejak kepindahan Ibukota Karesidenan Bangka dari Mentok ke Pangkalpinang oleh Belanda pada tahun 1913 menjadikan kota Pangkalpinang sebagai pusat penambangan Timah di Bangka dan pusat pemerintahan. Komplek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang, dibangun pada masa Residen Dournik pada tahun 1920. Bangunan ini berawal dari sebuah Balai Pengobatan yang didirikan oleh Perusahaan Pertambangan Hindia Belanda Banka Tin Winning Bedrif (BTW) sekitar tahun 1900 yang diperuntukan khusus bagi karyawan perusahaan tersebut. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, tahun 1953 perusahaan tersebut dinasionalisasi oleh pemerintah Rl dan menjadi Perusahaan Milik Negara pada tahun 1969 Balai pengobatan ini terus berkembang dan menjadi bagian dari unit usaha PT. Tambang Timah.
Rumah sakit Bakti Timah Pangkalpinang, saat ini sudah mengalami perluasaan dan perubahan disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pelayanaan kepada masyarakat. Bangunan lama yang dahulu sebagai Balai pengobatan sampai kini masih terawat dengan baik, bentuk bangunan berdenah empat persegi panjang, berlantai dua. Bangunan berbentuk segi enam. Lantai bawah dilapisi tegel hitam/abu dan lantai atas terbuat dari kayu. Rumah Sakit Bakti Timah merupakan Benda Cagar Budaya Kota Pangkapinang.

KERKHOF

Kompleks Pemakaman Belanda (Kerkof), terletak di jalan Sekolah Kelurahan Melintang Kecamatan Rangkui. Di sini terdapat sekitar 100 makam dengan nisan bertuliskan bahasa Indonesia, Jepang dan Belanda, yang tertua berasal dari tahun 1902 dan termuda sekitar tahun 1950-an. Kompleks makam memiliki keunikan karena merupakan kompleks pemakaman umum orang Belanda, salah satu makam tertua adalah makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang wafat pada tanggal 10 Maret 1928. Di sini juga terdapatt makam tentara Belanda korban Perang Dunia Kedua. Kerkof adalah salah satu bukti bahwa Pangkalpinang memiliki nilai strategis bagi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. 

MENARA AIR MINUM

Pada tahun 1813 Inggris (East India Company) menjadikan Pangkalpinang sebagai salah satu Distrik dari Distrik eksplorasi timah produktif disamping Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali dan Belinyu, sejak itu Pangkalpinang mulai dikenal sebagai kota Timah serta kota pusat perdagangan dan jasa di Pulau Bangka Pada tahun 1913, Pemerintah  Belanda  memindahkan Ibukota Karesidenan Bangka dari  Menthok  ke Pangkalpinang, dengan kepindahan tersebut menjadikan kota Pangkapinang sebagai pusat penanbangan timah di Bangka dan pusat Administrasi Negeri (bestuur). Wisma Timah I pada awalnya adalah rumah dinas pejabat Banka Tin Winning Bedriff (BTW), setelah ibukota Keresidenan Bangka pindah ke Pangkalpinang. Saat ini Bangunan ini dimanfaatkan sebagai hotel/penginapan tamu-tamu, baik hotel/penginapan dari PT. Timah maupun masyarakat umum.
Wisma Timah I merupakan Benda Cagar Budaya Kota Pangkalinang dengan bangunan satu lantai, dengan atap berbentuk limas, dinding bata, lantai tegel kuning bermotif. Pintu dan jendela dibuat dari kayu dan kaca bangunan utama memiliki satu ruang tamu, ruang keluarga dan empat kamar tidur (satu kamar tidur utama). Dapur dan bangunan untuk kamar pembantu/sopir terpisah dari bangunan utama dihubungan selasar. Kondisi bangunan terawat dengan baik, belum banyak perubahan, kecuali penambahan ruang penerima tamu pada bangunan kamar pembantu dan sopir sebagai fasilitas tambahan penginapan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar